Daftar Blog Saya

Rabu, 20 Oktober 2010

"Dan"

WAKTU & HIKMAT

WAKTU & HIKMAT
Pdt. Dr. Stephen Tong

Mazmur 90:13
Inilah doa Musa pada saat dia sudah sangat lanjut usia, doa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan sehari-hari, doa yang saya sebut sebagai a pray of a life not a pray of a living. Banyak kali doa kita adalah doa yang mencari, meminta, menanti sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup sehari-hari; a pray for living.
Tapi doa Musa adalah doa yang menata kembali hidupnya:
bagaimana menjalankan hidup, mengintrospeksi diri dan menilai diri sendiri. Karena hidup yang kita lalui itu, suatu hari nanti akan berhenti. Itu sebabnya mari kita minta Tuhan memberi kekuatan untuk menangani hidup kita dengan serius, dengan sungguh-sungguh.
Hari ini kita akan membahas konsep waktu dan hidup kita di dunia. Siapa yang menentukan kita dilahirkan di dunia, bukan orang lain atau diri kita sendiri. Sebelum kita menyadari keberadaan kita, kita sudah dilahirkan di dunia. Kita menerima segala tradisi, kristalisasi pemikiran dan bijaksana manusia yang diturunkan dari suku, bangsa dan negara kita.
Mzm.90 ditulis oleh Musa, tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, seribu tahun lebih dini dari pada Eulicis and Illiat; tulisan Homer, dua ribu tahun lebih dini dari tulisan Dupu, Libai, Paijuyi, tiga sastrawan besar Dinasti Tang. Juga lebih dini dibandingkan Kitab Upanisatnya orang India. Dengan kata lain, Mzm.90 adalah salah satu tulisan yang terdini, yang berbicara tentang bagaimana manusia mencari makna hidupnya di hadapan Tuhan. Pendahuluan Mzm.90 membuktikan penulisnya mempunyai kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap hubungan vertikalnya dengan Tuhan. Musa tidak berkata, dunia ini adalah rumahku tapi dia berkata. You are my dwelling place. Dan di ay.12 dia berkata, ajarkan kami how to count my time, my days, sungguh merupakan satu doa yang sangat unik.
Karena biasanya:
Pertama, manusia hanya pandai menghitung uang.
Suatu hari saya bertanya, semua orang di dunia ini ingin mendapatkan untung, dari manakah datangnya untung? Dari Tuhan. Anehnya, waktu Allah berkata, perpuluhan adalah milikKu, manusia tidak pernah memperdulikannya, masih terus menerus mencuri uang Tuhan. Beranikah kau merampas uang milik orang yang lebih berkuasa dari kau dan mempunyai kemungkinan untuk membunuh kau? Tidak berani bukan? Kau hanya berani mencuri milik Tuhan yang di dalam anggapanmu penuh kasih. Ketahuilah semua keuntungan hanya berasal dari satu sumber: Tuhan Pencipta segala sesuatu. Jika orang Kristen tidak mengerti prinsip ini, kita sengaja membodohi diri sendiri, sengaja mengabaikan firman Tuhan, sengaja melupakan perintahNya dan sengaja melarikan diri dari kewajiban.
Kedua, kita pandai menghitung kesalahan orang lain. Semua hal yang kau anggap salah, kau catat di dalam hati dan kau ingat semuanya.

Ketiga, kita pandai menghitung jasa kita sendiri: orang ini pernah berhutang budi kepada saya, orang itu pernah berhutang uang kepada saya. Meskipun saat itu saya tidak mengatakan harus membayar, tapi sebenarnya saat itu, hidup saya susah, mengapa setelah dia kaya, dia melupakan saya? Perbuatan baik yang pernah kita lakukan bisa kita ingat, tapi kesalahan yang kita perbuat atas diri orang lain bukan saja tidak kita ingat bahkan tidak kita sadari. Inilah penyakit psikologis universal yang timbul setelah Adam jatuh di dalam dosa, kita selalu paranoid: merasa dirikulah dirugikan, padahal secara tidak sadar kita juga sering merugikan orang lain.
Kecuali kita percaya pada ajaran Kitab Suci manusia sudah jatuh di dalam dosa, maka kita selalu ingin diperlakukan secara manusiawi tapi kita sering tidak menyadari orang lain adalah manusia yang perlu diperlakukan secara manusiawi. Kita selalu menggunakan dua ukuran yang berbeda: saat berbicara tentang cinta kasih, kita berkata, akulah yang perlu dikasihi. Tapi saat berbicara tentang adil, kita berkata, orang lainlah yang perlu berlaku adil. Permisi tanya, selama satu tahun ini, berapa kali kau mendoakan anakmu dan pernahkah kau mendoakan anak orang? Kau yang mempunyai mata juga melihat kebutuhan orang lain, Allah berfirman, kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Mungkin kau berkata mengasihi sesama adalah hal yang amat sulit dilakukan. Padahal mengasihi sesama membantumu menerobos kekurangan-kekurangan diri, membuatmu menjadi orang yang berjiwa lapang dan berohani tinggi.
Apakah kekurangan kita dalam menghitung?
Pertama. Kurang menghitung kebaikan yang orang lain lakukan bagi kita. Barangsiapa tidak melupakan budi baik orang lain, dia selalu hidup dengan penuh tanggungjawab, sukacita dan puas. Mari kita belajar di hadapan hadirat Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan orang lain dan
Kedua, kurang menghitung kesalahan yang pernah kita lakukan. Orang yang tahu menghitung kesalahan diri sendiri dan bisa membereskannya di hadapan Tuhan melalui pengakuan dosa, pengoreksian diri dengan rendah hati, kerohaniannya pasti akan maju. Mengapa ada orang yang sudah sekian lama menjadi orang Kristen tapi hidupnya tidak mengalami perubahan? Karena dia tidak pernah menyadari kesalahan dirinya dan tidak merasa perlu dikoreksi.
St.Francis yang hidup di abad ke-13 pernah menaikkan doa yang terkenal di seluruh jagat: Tuhan, di mana ada permusuhan, di situ aku akan menanamkan perdamaian yang berasal dari Tuhan untuk memperdamaikan mereka. Mari kita mengenang kebaikan orang lain dan menyadari kesalahan diri sendiri sambil menghitungnya, waktu kita menyadari diri kita adalah orang yang lemah, yang perlu koreksi, kerohanian kita akan maju dengan pesat. Jika kita hanya tahu menghitung kesalahan orang lain, kita tidak mungkin maju. Apalagi kalau orang lain mengucapkan sesuatu yang kurang baik tentang diri kita, kita langsung membencinya, ini adalah etika yang sangat rendah. Karena orang yang berlaku baik terhadap saya belum tentu orang baik, orang yang berlaku tidak baik terhadap saya belum tentu orang jahat.
Kongfuzu berkata, berkawanlah dengan tiga jenis orang:
  1. Orang yang lurus, jujur, benar.
  2. Orang yang mau mengerti, bisa mengerti, mampu mengerti dan mempunyai hati yang lapang untuk menerimamu.
  3. Orang yang mempunyai pengetahuan yang limpah.
Saya rasa, itu adalah wahyu umum tentang standar berkawan yang luar biasa, yang Tuhan berikan kepada Kongfuzu. Sahabat yang baik juga membuat kita menyadari kesalahan diri dan berubah, menjadi orang yang lebih beres. Jangan mencari kawan yang hanya tahu makan dan bermabuk-mabuk saja, karena waktu kau berfoya-foya, mereka berada di sekitarmu, tapi waktu kau jatuh miskin mereka akan lari meninggalkanmu. Jangan berkawan terlalu rekat. Karena relasi yang terlalu intim justru mudah retak, namun relasi yang tawar tapi jujur akan bertahan lama.

Saya berani pastikan secara mutlak: karena kita tidak menghitung anugerah Tuhan. Red Sea Mission yang khusus memberitakan Injil di daerah Islam, di tepi pantai Laut Merah sudah menginjili sepuluh tahun dengan susah payah, tidak seorangpun menerima Yesus. Sepuluh tahun kemudian, ada dua orang mau percaya dan dibaptiskan. Keesokan harinya, ditemukan kedua orang tersebut sudah dibunuh. Ada daerah yang begitu sulit mendengar Injil, ada daerah yang sudah puluhan tahun tidak menikmati anugerah seperti yang kita terima selama ini, tapi kita? menerimanya sebagai sesuatu yang biasa, kita memandang remeh anugerah Tuhan. Mari kita belajar menghargai anugerah Tuhan.
Terakhir, kembali kepada ayat ini: belajar menghitung waktu; teach me how to count my day in order to achieve the heart of wisdom. Kalau saja Musa mengucapkan doa ini pada masa mudanya akan lebih baik, sayang, dia mengucapkan pada waktu hidupnya di dunia sudah tidak lama lagi. Namun dia tahu, satu hari hidup di dunia berarti dia harus bertanggungjawab untuk hari itu, sebab itu membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan tugas hari itu. Waktu saya masih kecil, ibu saya selalu membawa semua anaknya berdoa bersama. Lagu yang sering dia pilih untuk kami nyanyikan bersama sebelum doa adalah: bagi Tuhan ku melanjutkan satu hari lagi, untuk Tuhan ku hidup satu hari lagi, bekerjalah satu hari lagi dengan setia, hanya bekerja bagi Tuhan. Setelah ibu meninggal, barulah kami terpikir: itulah falsafah hidup ibu, satu hari demi satu hari berlalu di dalam anugerah Tuhan. Dilalui untuk siapa? Tuhan. Itulah yang dimaksud menghitung hari-hari hidup kita.
Bagaimana kita menghitung waktu?
1. Dengan cara menambah; plus. Lewat satu hari berarti tambah satu hari lagi. Itu adalah cara anak-anak menghitung hari: saya sudah bertambah besar, sudah tambah satu tahun lagi. 2. Dengan cara mengurangi; minus. Ini adalah cara yang lebih bijaksana. Seorang yang sudah matang rohaninya mulai menyadari hidup di dunia ini pendek, suatu hari nanti akan berhenti.
3. Dengan cara mengalikan; times. Maksudnya pada saat yang sama, kita mengerjakan pekerjaan ganda. Bisnisman tahu menginves uangnya yang terbatas di beberapa tempat, agar bisa memperoleh laba yang lebih banyak dan memutar uangnya dengan cepat.
Orang yang pandai bisnis tahu meski hanya mengambil untung satu rupiah tapi kalau setiap harinya bisa menjual seratus buah, berarti dia sudah mendapatkan untung seratus persen. Tetapi ada yang kurang pandai berbisnis selalu mau untung besar, barangnya dia tahan sampai tiga tahun baru terjual, meskipun kelihatannya langsung mendapat untung dua puluh rupiah tapi karena sudah lewat sekian tahun nilai uangnya sudah berubah banyak.
Mengapa manusia tahu mengalikan uangnya tapi tidak tahu mengalikan waktunya? Bagaimana melipatgandakan waktu kita?
Waktu saya mengkhotbahkan hal ini di Boston, seorang Prof. Conwell Theological Seminary mengatakan, cara yang ketiga itu sudah saya jalankan. Bagaimana caranya? Saya adalah seorang hamba Tuhan, waktu saya senam pagi selama dua puluh menit, saya mendoakan dua puluh orang. Itu berarti dalam waktu yang sama saya sudah melakukan dua hal. Mungkinkah kita menggandakan waktu kita? Mungkin. Saya sudah membiasakan diri mengerjakan sesuatu sambil memikirkan hal yang lain.
Bagaimana menghitung waktu? Melipatgandakan. Kita sering menghambur-hamburkan waktu, hingga hidup kita terus digeser ke kuburan tapi kita belum mengerjakan apa-apa.
4. Dengan cara membagi. Jika kau mau memanfaatkan waktu dengan sungguh, berarti di dalam waktu yang terbatas itu kau membagikan dirimu. Seperti guru, tidak memonopoli pengetahuan untuk diri sendiri, melainkan membagikannya kepada orang lain, maka dalam waktu yang sama, pengetahuannya menjadi berlipat ganda. Rahasia yang kau ketahui, berkat yang sudah kau dapatkan bagikanlah kepada orang lain. Dengan membagikan waktu, talenta, harta rohani, pengertianmu kepada orang lain, seluruh dunia akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Musa tidak minta otak yang pintar melainkan the heart of wisdom. Jika kita mempunyai banyak pengetahuan tapi tidak berarah itu berbahaya sekali. Orang yang berjuang dengan susah payah sampai mencapai sukses tahu bagaimana menggunakan uangnya, tetapi kekayaan yang diturunkan kepada mereka yang tidak mempunyai dasar moral akan berbahaya sekali. Banyak pemuda pemudi rusak bukan karena tidak mempunyai uang melainkan terlalu banyak uang. Manusia yang terlalu miskin bisa rusak, manusia yang terlalu kaya juga bisa rusak. Kalau begitu, kau perlu dididik dengan membangun fondasi, arah, karena prinsip lebih penting dari pada pengetahuan. Setelah Musa berdoa untuk dapat menghitung waktu, apa lagi yang ingin dia peroleh? Hati yang bijaksana. Jika di dalam keluargamu terdapat satu orang yang benar-benar memiliki hati yang bijaksana, berbahagialah kamu. Keluarga yang dipimpin oleh hati yang bijaksana paling sedikit mengetahui tiga hal: pertama, takut kepada Tuhan. Kedua, mengenal kesucianNya. Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan yang jahat. Karena takut akan Tuhan adalah dasar kita tidak jatuh di dalam jerat iblis. Mengenal kesucian Allah adalah prinsip dan rahasia hidup bermoral yang sungguh. Menjauhkan diri dari segala perbuatan jahat adalah hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.

MENUJU KEDEWASAAN ROHANI

MENUJU KEDEWASAAN ROHANI
(Ibrani 5 : 12, 1 Kor 13 : 11)

Menjadi dewasa tidak terjadi secara otomatis, namun perlu proses dan waktu. Dalam proses tersebut mungkin kita harus melewati berbagai tahap, sama seperti seorang anak, untuk mencapai dewasa maka ia harus melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa pemuda dan dewasa hingga ornag tua. Kita boleh berpuluh tahun menjadi orang percaya, namun tetap tidak menjamin bahwa anda telah dewasa rohani dalam Kristus. Itu sebabnya kita barangkali pernah mendengar istilah Kristen Bonsai. Pohon Bonsai adalah semacam pohon yang sudah berpuluh-puluh tahun usianya namun tetap saja kerdil, karena memang dibentuk secara demikian. Lalu, bagaimana sesungguhnya jika kerohanian kita hendak bertumbuh?

1.      Perlu komitmen untuk bertumbuh

Tadi kita telah mengatakan bahwa proses bertumbuh menjadi dewasa tidak ada yang otomatis, namun perlu komitmen. Dan komitmen itu harus dengan sengaja dilakukan dan dipraktekkan. Kita jangan berpikir jika kita setiap minggu datang ke gereja kemudian dengan tertib kita memberikan persembahan itu sudah cukup sebagai modal untuk bertumbuh. Mengapa? Karena hidup orang percaya bukan hanya mendengar tetapi ia juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah didengar. Kita tidak jarang menemukan orang-orang yang sudah mengerti pengetahuan Alkitab, namun tetap hidupnya berantakan. Gossip tetap saja berlangsung, omong kotor tetap diucapkan, dendam tetap ada di dalam hatinya dan  tidak ada pengampunan. Semua ini dapat terjadi karena tidak adanya komitmen di dalam dirinya untuk bertumbuh.

Dr John Chamber, seorang misionaris yang pernah melayani di Indonesia dan saat ini melayani mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat pernah mengucapkan satu kalimat begini “ Orang Kristen tidak diminta Tuhan menjadi salesman, tetapi ia diminta menjadi free sample” Di dalam teori ekonomi, yang dimaksud dengan free sample sudah pasrt produk yang mutunya paling baik, sebab kalau yang free sample mutunya jelek, maka produknya tidak ada yang bakal beli. Sayang sakali, ada banyak free sample yang pada mualnya baik, namun kalau sudah menuju ke produknya, hasuilnya sudah jelek. Kita tidak jarang menemukan para pedadang yang menjual Mangga atau Salak, yang memberikan contoh Mangga dan Salaknya untuk dimakan rasanya manis, namun jika kita sudah membeli sekarung, maka rasanya asem semua. Kekristen juga demikian, pada saat permulaan kita mengenal seseorang yang di persekutuan atau gereja, maka ornagnya baik sekali, dan kelihatan sangat rohani dan suci. Namun makin lama bergaul, keluarlah belangnya.

 Jadi dengan tegas saya ingin mengatakan bahwa tidak ada gunanya segudang teori, entah itu Semimar, Confrence, bahkan Sekolah Alkitab yang pernah anda ikuti kalau di dalam diri ini tidak ada komitmen untuk bertumbuh maka kita akan menjadi sama seperti ornag luar, dan kita sebut orang Kristen Bonsai, kepalanya boleh besar penuh dengan segudang ilmu, namun hatinya kecil dan  kerdil.

2.      Perlu adanya Pembaharuan hidup yang nyata

            Berhubung manusia sudah berdosa, maka akar manusia lama kita tetap saja lengket dalam hidup ini. Apalagi menyangkut kepentingan pribadi, maka orang percaya kadang bisa lupa diri, itu sebabnya saudara dalam Krsituspun rela dikorbankan. Nah hal-hal semacam begini yang menjadi batu sandungan bagi orang luar untuk masuk ke dalam gereja.

 Kita perlu ingat, bahwa terlalu sering orang percaya sendiri menjadi penghalang utama bagi baru untuk menjadi percaya, bukan orang luar.  Mengapa? Karena si orang percaya tersebut tidak ada pembaharuan dalam dirinya. Alkitab mungkin sudah berulang kali dibacanya, bahkan ada puluhan ayat yang sudah dihafal secara luar kepala. Ia juga memiliki Alkitab lebih dari satu, mulai dari meja kamar, meja kerja, meja tamu, mobil, bahkan kantong saku semua berisi Alkitab. Namun semua ini tidak menjamin kerohaniannya bertambah dewasa, karena ia tidak pernah membiarkan dirinya diperbaharui oleh firman Tuhan itu. Tatkala semuanya berjalan lancar, maka puji Tuhan; namun jika kesulitan menimpah, Tuhanpun dilupakan.

 Jika hari ini kita rindu menjadi orang percaya yang dewasa, maka kekristenan kita haruis didemonstrasikan atau diwujudnyatakan. Orang luar tidak perduli dengan keaktifan kita di gereja, persekutuan bahkan melayani, namun yang paling penting adalah karakter dan integritas yang nyata.

3.      Perlu mengalami Tuhan secara pribadi

Rick Warren, pendeta senior gereja Saddleback mengatakan,  “adalah suatu kekeliruan jika orang-orang berpikir bahwa kerohanian seseorang akan bertumbuh melalui studi Alkitab”. Pada saat pertama saya membaca tulisannya, saya merasa kaget juga. Namun setelah berpikir ulang  saya sadar, bahwa sesungguhnya studi Alkitab tidak menjamin bahwa rohani seseorang bertumbuh. Terlalu banyak ditemukan mereka yang makin belajar  Alkitab, lalu pulang ke gereja menjadi para pengkritik, bahkan ada satu dua yang mencoba-coba mengadakan reformasi di gereja.

Jika seseorang hendak bertumbuh rohaninya, maka selain Alkitab yang dibacanya, maka ia juga perlu mengalami Tuhan secara nyata, dan untuk mengalami Tuhan secara nyata maka perlu waktu, tidak dapat secara instant. Kadang kita perlu mengalami kesulitan bahkan penderitaan dan tekanan, supaya kita benar-benar merasakan dan mengalami kasih Tuhan yang nyata itu.

Tatkala Musa berumur empat puluh tahun, ia berpikir bawa ia sudah terlatih dan memilki segalanya dari istana, sehingga dengan tekad bulat ia berusaha membebaskan bangsanya yang sedang disiksa oleh salah seorang prajurit Mesir. Namun apa lacur? Perbuatannya terbongkar, sehingga ia terpaksa harus melarikan diri dalam pengasingan, dan di sana ia mengalami kasih Tuhan. Pada saat umur delapan puluh tahun dia kembali di utus Tuhan untuk menghadapi Firaun untuk membebaskan orang Israel, namun pada saat itu Musa mengaku bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Mengapa? Orang yang sudah mengalami kasih Tuhan, walaupun ia penuh dengan segudang ilmu dan keahlian, ia tetap saja merasa rendah di hadapan Tuhan.

Studi Alkitab tidak cukup, kita perlu pengalaman menyembah Tuhan, pengalaman persekutuan satu dengan yang lain dan juga pengalaman penginjilan. Dengan demikian kita bukan hanya dibangun dan diisi secara otak, tetapi juga hati, sehingga kita benar-benar menjadi ornag Kristen yang dewasa secara rohani.

Memilih Bagian Yang Terbaik

memilih-bagian-yang-terbaik“Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” ” Lukas 10:38-42

Bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap orang percaya. Tuhan senantiasa menyediakan berkat bagi mereka yang mau bekerja keras untuk mendapatkannya. Siapa yang bekerja akan mendapatkan upahnya.

Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” 2 Tesalonika 3:10
*courtesy of PelitaHidup.com
Di sisi lain, berdoa juga merupakan keharusan bagi umat Tuhan. Doa merupakan nafas kehidupan kita. Doa merupakan komunikasi antara kita dengan Allah Bapa di sorga. Ketika kita berhenti berdoa, maka nafas kita juga berhenti, hubungan kita dengan Tuhan juga terhenti. Selain itu doa juga membawa kekuatan bagi kita dalam menghadapi berbagai masalah. Ketika kita ada dalam pencobaan, kita tinggal berseru kepadaNya melalui doa. Dia yang setia akan menjawab doa yang kita naikkan kepadaNya.

Kita dapat melihat beberapa macam tipe orang yang ada di sekeliling kita. Satu tipe yang suka bekerja keras, tetapi melupakan doa. Mereka hanya berpikir bahwa segala kesuksesan diperoleh karena memang mereka bekerja keras.

Tipe lainnya adalah yang suka berdoa dan berdoa terus, tanpa langkah iman yang nyata. Mereka yakin bahwa hanya dengan doa, mujizat pasti terjadi. Tipe yang lainnya adalah orang yang suka bekerja dan suka berdoa juga. Mereka menyadari bahwa jika mereka bekerja tanpa berdoa, usaha mereka akan sia-sia. Tetapi jika mereka hanya berdoa saja tanpa bekerja, mereka tidak akan mendapatkan berkat.

Dari ayat di atas dapat kita pelajari bahwa Tuhan tidak menunjuk siapa yang salah dan siapa yang benar. Maria juga orang yang suka bekerja. Tetapi di bagian itu Maria menyadari bahwa dia harus duduk diam di bawah kaki Tuhan. Oleh karena itu Tuhan menyatakan bahwa Maria telah mengambil bagian yang terbaik, yaitu tetap memprioritaskan Tuhan di atas segala aktivitas maupun kegiatannya.

Ketika kita bekerja dan tetap memuliakan nama Tuhan dalam setiap pekerjaan kita, maka Tuhan yang akan turun tangan memberi kita kemampuan dan kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. Seringkali kita menghadapi hal yang tidak mungkin bagi kita untuk dilakukan atau dikerjkan. Tetapi ketika kita berdoa dan menyerahkan pekerjaan itu kepada Tuhan, kemudian kita melakukan yang terbaik yang kita dapat lakukan, maka Tuhan akan mencurahkan kuasaNya atas diri kita, sehingga kita dapat menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.
*courtesy of PelitaHidup.com
Bekerja dan berdoa harus dilakukan secara seimbang. Kita harus tetap bekerja untuk dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhan kita maupun keluarga. Tetapi doa juga merupakan nafas bagi kita agar kita tetap dapat bertahan dalam berbagai keadaan, bahkan sampai kepada keadaan yang terburuk sekalipun. Melalui doa kita mendapat asupan energi supranatural, yang tidak kelihatan secara kasat mata, sehingga kita sanggup berdiri untuk meraih kemenangan demi kemenangan. Melalui doa kita mendapat hikmat untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Tanpa bekerjapun doa kita akan menjadi sia-sia. Ketika kita berdoa dan berdoa terus, tetapi kita tidak melangkah untuk mencari pekerjaan, maka kita tidak akan mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.
*courtesy of PelitaHidup.com
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”
Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
” Yakobus 2:17-20

Rasul Paulus juga tidak hanya mengabarkan dan mengajarkan Injil kepada banyak orang, tetapi dia juga bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dia tidak menjadi beban bagi orang lain. Dan diapun juga dapat menjadi teladan bagi banyak orang.

Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
” 2 Tesalonika 3:7-9

*courtesy of PelitaHidup.com
Marilah kita tidak mengabaikan salah satu dari dua aspek ini, yaitu bekerja dan berdoa. Dengan demikian berkat kelimpahan, keberuntungan dan kesuksesan akan senantiasa mengikuti kita sampai kepada akhirnya. Nama Tuhan dimuliakan adanya. Ora et labora. (Ry050510)

Doa:

Tuhan mampukan saya untuk mengutamakan Engkau di atas segalanya. Mampukan saya juga untuk dapat melakukan tugas dan tanggung jawab saya dalam pekerjaan dengan baik. Pimpin dan sertai saya senantiasa.

Langkah iman:

  • Berdoa setiap hari, minta hikmat, penyertaan dan kekuatan dari Tuhan.
  • Bekerja dengan baik, selesaikan tugas dan tanggung jawab yang ada. Lakukan yang terbaik.

Selasa, 19 Oktober 2010

WHAT MONEY CAN BUY ?

A bed but not sleep
computer but not brains
food but nut appetite
finery but not beauty
a house but not a home
medecine but not healt
luxuries but not culture
amusement but not happiness
acquintance but not friends
sex but not love
a. Dengan uang kita bisa beli tempat tidur tetapi tidak bisa membeli tidur
b. Dengan uang kita dapat membeli komputer tetapi tidak dapat membeli kepintaran
c. Dengan uang kita dapat membeli makanan tetapi tidak dapat membeli selera makan
d. Dengan uang kita dapat membeli kosmetika tetapi tidakdapat membeli kecantikan
e.Dengan uang kita dapat membeli sebuah rumah tetapi tidak dapat membeli rumah yg didalamnya ada kedamaian
f. Dengan uang kita bisa beli obat teapi tidak dapat  beli kesehatan.
g. Dengan uang kita dapat beli kemewahan tetapi dapat beli kebudayaan.
h. Dengan uang kita dapat membeli hiburan tetapi tidak dapat beli kebahagiaan.
i. Dengan uang kita dapat memperoleh teman tetapi tidak dapat beli persahabatan.
j. Dengan uang kita dapat membeli sex tetapi tidak dapat membeli cinta

Senin, 18 Oktober 2010

DEMOKRASI, KEBEBASAN atau KE SERBA BOLEHAN

Arus besar reformasi yg mengagendakan perubahan mendasar di negara kita sekarang ini harusnya kita sepakati untuk diletakkan sebagai kerangka membangun negara yg kuat dan beradab.
Terminologi demokrasi : adalah sistem manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia
Namun oleh sebagian orang demokrasi diartikulasikan sebagai semangat demonstrasi,  
kebebasan menyampaikan pendapat dimaknai sebagai keserba bolehan menuntut hak.
Satu hal : demokrasi tidak selayaknya di intepretasikan secara subyektif.
Kita setuju dengan dinamika reformasi terus dikobarkan bagaikan api yang menyala nyala  Tetapi api yang tak dapat dikendalikan justru akan membahayakan banyak orang. Betapa tidak menyedihkan wajah demokrasi negara yg mencitrakan diri sebagai bangsa yg beradab tetapi tak pernah lelah mempertontonkan demonstrasi anarki.
Lihatlah kaum intelektual yg kaya dengan konsep panas, gagasan mentah bahkan kekuatan aliran darah muda mengekspresikan ke ilmuannya di jalanan dengan nada sinis, kasar bahkan berani adu jotos dengan mereka yg berani menghalanginya .Wooow .bak pahlawan negara bedanya jaman dulu bawa bambu runcing sekarang bawa batu. dulu yg dihadapai bangsa asing sekarang saudarnya sendiri. Demokrasi saat ini lebih nampak dengan keberanian boleh berbicara keras bahkan seenaknya atas nama demokrasi dan membela hak rakyat.
Media elektronik khususnya setiap hari menjual berita yg kontennya dominan destrukstif dan provokatif terhadap pemerintah hanya supaya punya nilai layak jual tinggi karena memantik animo masyarakat tanpa mempertimbangkan kualitas edukasi pada masyarakat dan kontruksinya pada tata kelola pemerintah.
Alasan klasiknya bahwa rakyat berhak mendapatkan hak untuk mengetahui informasi apa saja tanpa mempertimbangkan relevasinya kebutuhan masyarakat serta dampak positifnya pemberitaan sama saja dengan publikasi murahan.
Apa relevansinya tontonan pertikaian politik pemimpin negara dengan pemberdayaan ekonomi rakyat, bahkan hal-hal yg tidak prinsip seperti baju presiden dikupas habis habisan seperti telah kehabisan materi tayang. Demokrasi yg menggelinding secara liar tidak menginvestasikan kekuatan apapun untuk membangun negara ini, renungkan !
1. Demokrasi bukan demo anarki, mau dibawa kemana ?
2. Demokrasi tanpa nurani adalah egoKREASI
3. Demokrasi mengabaikan etika adalah demoCRAZY.
Menurut hemat saya media elektronik(TV) berperan besar dalam mengayunkan bandul demokrasi yg elegan ironinya justru sebagaian besar media kita ingin bersikap superior dalam memerankan isu demokrasi : Masyarakat memang butuh full story , realistis dan akurat , namun kita miris jika terus menerus ditayangkan aksi kekerasan, pertikaian, debat, dibumbui dengan presentasi reporter yg hiperbolis (kalau tidak dapat dikatakan provokatif)
Inikah demokrasi pers: melegitimasi lembaga yg imun terhadap kritikan, sensor atau bahkan sentuhan hukum ?
Pengendalian dari lembaga sensor atau intitusi pemerintah selalu dicurigai sebagai penzaliman pers yg demokrasi.
ini kebebasan pers atau kebablasan pers.
Dalam negara demokrasi rakyat lebih berhak mendapatkan HEAD LINE NEWS yg EDUKAKTIF bukan sekedar atraktif (ini kan selera pasar, kalau tidak mau disebut kapitalis); eksposlah isu isu yg impaknya mencitrakan penghargaan terhadap keberagaman, tiupkanlah kabar-kabar yg menyejukkan, tampilkan penghargaan atas martabat manusia, apresiasi karya anak bangsa yg membanggakan, semua hal yg positif , yg sedap didengar, yg bijaksana, yg pantas dipuji justru ini dominasi tuntutan rakyat.
sebaliknya demokrasi pers sekarang ini berjalan demi kepentingan perutnya. ( ojo ngamuk kalau dikritik orang pers juga  manusia)
Mengapa pers hanya ingin membesarkan dirinya sendiri yg dengan atau tidak sadar ada pihak yg jadi korbannya.Sejauh bobot sajiannya media berorientasi pada konstruksi masyarakat mengapa harus takut untuk disensor ? sudah saat nya kita semua memeragakan demokrasi secara bertanggungjawab dengan tujuan mulia.
Para pemimpin negara berilah kami keteladanan untuk berdemokrasi secara santun.
Para politisi demonstrasikan janjimu untuk membela kesejahteran rakyat bukan membesarkan partai saja
Pekerja pers mediasikan hiruk pikuk proses demokrasi dengan irama yg lugas dan bernurani .
Mahasiswa mahasiswi prioritasmu sekolah ojo demo terus , yen wis lulus latihan dulu jadi pak RT baru ngomong yg keras... teori sama praktek beda juh le ......inggih mbah....... kandani ngeyel.
Ok rek....setuju apa tidak bahwa demokrasi tidak sama dengan demonstrasi,
Proses demokrasi tidak berhenti pada keahlian mengkritik.
Demokrasi adalah apresisi kita secara integral dari berbagai golongan untuk mewujudkan Indonesia yg adil dan beradab, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi bukanlah debat argumentasi tetapi kompetensi memberikan solusi nyata bagi bangsa.
Demokrasi adalah instrumen yg kita amini sanggup membawa arah bangsa untuk berkembang sejajar dengan negaranya Obama..
Konsep oposisi yg harusnya menjadi optional solusi kebijakan pemerintah malah melembaga yg anti kebijakan pemerintah. Demokrasi di negeri ini banyak diciderai oleh mereka yg tersingkir oleh seleksi alam : kalah pilkada ,kalah pemilu, jauh dari lingkaran kekuasaan, frustasi adalah salah satu bahan bakar demonstrasi.
mereka merasa telah dirugikan oleh sistem demokrasi karena demokrasi telah gagal mengantarkan mencapai  nafsu kekuasaan , manakala tujuannya tidak tercapai, interaksinya dengan lingkungan menjadi nyeleneh kerjanya tukang kritik,
Besarnya harapan terhadap perubahan nasib bangsa hendakya berbanding lurus dengan peran serta semua rakyat termasuk saya juga.
Ironinya tutututan perubahan besar hanya diletakkan pada tanggungjawab pemerintah saja, sedang rakyat hanya bertindak sebagai penonton pertandingan (kalah menang sorak). Pemerintah kita paksa berlari kencang mengubah negara secara instant tetapi mereka yg menuntut progresivitas demokrasi hanya enak enakan berpangku tangan sambil berteriak teriak dijalan : saya tidak puas.....turunkan...gulingkan......
ora usah melok melok ngurus negoro mas, mbak, pak, mbah  yen ora tahu ngurus kampung.

Jujur saja semua orang bisa saja melakukan kesalahan tetapi bukan terus saling menggigit dan menjatuhkan.
jika kita dapat ngomong bahwa jabatan adalah amanah, ya ...berikanlah kesempatan  Sang pemberi amanah bekerja dalam pribadi orang tersebut.
Jika kita tidak dapat mempercayai karakter birokrat, tidak percaya wakil rakyat, tidak percaya penegak hukum bahkan kita sedemikian skeptis terhadap siapa saja yg mengurus negara ini.

Saatnya kita tidak skeptis terhadap Dia yang mengelola jagad raya ini.
Tidak ada air mata yg lepas dari genggaman tanganNya, tidak ada keringat yg luput dari hitunganNya.
ketika manusia tidak menghitung jerih lelah kita Tuhan tetap mencatatnya sebagai prestasi yg membanggakan.
Percayalah Tuhan tidak pernah berubah Keadilannya, KemahakuasaanNya. Dia akan menjadi pembela mereka yg tertindas, yg lemah, yg dipinggirkan yg dianggap hina
bahkan Dia menjadi hakim bagi mereka yg terus berbuat dosa.
Dia dalah Pribadi yg dapat dipercaya kapan saja, dimana saja untuk persoalan apa saja.
ini adalah KEBEBASAN kita untuk mempercayakan semuanya PERKARA kepada TUHAN
jika demokrasi didunia berjalan mundur.
Kita bebas bekerja bersama dengan Tuhan untuk segala perkara yg sedang dan akan kita hadapi !
salam  reformasi....bersambung